Rabu, 18 April 2012

Pelayanan Kesehatan Anak Belum Tercapai

Pelayanan Kesehatan Anak Belum Tercapai

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak meratanya distribusi dokter anak serta minimnya jumlah dokter anak menjadi salah satu kendala belum tercapainya pelayanan kesehatan anak di Indonesia. Sampai saat ini, tercatat baru ada sekitar 2.700 dokter spesialis anak di Indonesia.

Demikian disampaikan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Badriul Hegar, dalam acara seminar media di kantor IDAI, Rabu, (18/4/2012) di Jakarta.

"Dari 2.700 dokter anak di Indonesia, 700 ada di Jakata. Idealnya satu dokter anak menangani kurang lebih 10.000 anak," kata dokter spesialis dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak  Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) itu.

Dengan hitungan satu dokter spesialis melayani 10.000 anak, Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 8.000 dokter spesialis anak. Selain masalah distribusi dokter anak, hal lain seperti infrastruktur ya ng tidak memadai juga menjadi salah satu kendala belum tercapainya pelayanan kesehatan anak di Indonesia. Padahal, angka kematian anak di Indonesia masih sangat tinggi.

"Kalaupun ada dokter anak, bisa saja pelayanan tidak optimal, karena ada faktor lain seperti sarana dan infrastruktur yang tidak mendukung," jelasnya.

Badriul menceritakan, bahwa ia pernah melatih dokter anak untuk disiapkan bertugas ke daerah. Tetapi setelah sampai ke daerah tujuan, dokter tersebut tidak bisa menerapkan ilmu dan keahlian yang dimilikinya lantaran terbentur sarana dan infrastruktur yang tidak memadai.

Hal inilah menurut Badriul yang membuat hampir semua dokter yang lulus mengincar kota-kota besar di samping pula penghasilan yang lebih besar. Upaya pemerataan distribusi dokter, lanjut Badriul, tidak akan tercapai kalau tidak ada ketentuaan yang mengaturnya.

"Harus ada kebijakan. Saat ini kebijakan pemerintah mengharuskan seorang dokter ke daerah tetap diperlukan," tegas nya.

Peraturan yang ada saat ini, setiap lulusan dokter bebas memilih tempat berpraktik, sehingga wajar bila banyak lulusan dokter menumpuk di kota-kota besar seperti di Jakarta. "Memang kualitas pelayanan anak belum sesuai harapan. Infrastruktur dan sistem rujukan belum berjalan sebagaimana mestinya," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar