Rabu, 04 Juli 2012

Obesitas Lebih Mematikan Ketimbang Rokok

Obesitas Lebih Mematikan Ketimbang Rokok

KOMPAS.com - Keberadaan penyakit obesitas atau penumpukan lemak tubuh yang berlebih tidak bisa lagi dianggap sepele. Bahkan beberapa riset saat ini menunjukkan, risiko kematian akibat obesitas lebih berbahaya dan telah menggeser posisi dari rokok, yang selama ini menjadi penyebab utama kematian.

Hal itu disampaikan, dr. Inge Permadhi, Ms. SpGK, dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) saat bincang-bincang terkait obesitas, Rabu, (4/2/2012), di Jakarta.

Inge mengungkapkan, pada tahun 1997 tingkat persentase overweight di Indonesia sekitar 17,5 persen dan obesitas 4,7 persen. Namun pada tahun 2010, overweight menurun, sementara obesitas meningkat menjadi 11,7 persen. Peningkatan ini terjadi karena mereka yang overweight (kegemukan) telah beralih menjadi obesitas.

"Dulu, rokok menjadi penyebab utama kematian, tapi karena saat ini gencar kampanye rokok, ada kecenderungan semakin menurun. Tapi obesitas justru malah naik dan mengalahkan rokok sebagai penyebab kematian," katanya.

Inge memaparkan, obesitas dan kelebihanĂ‚  merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronik, seperti diabetes tipe 2, jantung koroner dan pembuluh darah, hipertensi stroke dan berbagai jenis kanker. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010, angka kelebihan berat badan dan obesitas pada penduduk usia dewasa diatas usia 18 tahun tercatat sebanyak 21,7 persen.

Cara sehat turunkan berat badan

Inge mengatakan, untuk menurunkan berat badan akibat obesitas ada dua hal yang harus diperbaiki yakni diet dan aktivitas fisik. Diet yang baik menurutnya adalah dengan menurunkan berat badan 1,5 hingga 1 kg/minggu dengan mengurangi asupan 500-1000 kkal/hari d ari kebiasaan makan sehari-hari.

"Diet yang penting adalah melihat jumlah yang dimakan. Jumlahnya harus lebih sedikit dari aktivitas," katanya.

Secara umum, ada dua jenis tipe diet yang yakni low calori diet dengan porsi makan 1000-1500 kkal/hari, dan very low calori diet untuk porsi makan di bawah 800 kkal/hari.

Namun, bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan secara cepat (very low calori diet), harus ada pengawasan ekstra ketat dari dokter setiap hari dan harus dilakukan di rumah sakit. Waktunya pun terbatas 4-6 minggu, setelah itu kembali lagi ke program low calori diet. Metode menurunkan berat badan dengan cepat biasanya hanya diperuntukan untuk mereka yang mengalami obesitas pada level yang sangat tinggi.

"Efeknya bisanya sakit kepala, kelelahan, dehidrasi, kulit kering, rambut rontok, dan gairah seks turun. Oleh karena itu, butuh pengawasan," katanya.

Untuk asupan makanan, Inge menyarankan, sebaiknya menghin dari gorengan, dan menggantinya dengan makanan yang dikukus, dipanggang, rebus atau kuah.

Lebih lanjut, Inge menjelaskan, untuk orang dengan kelebihan berat badan atau obesitas, sebaiknya melakukan aktivitas fisik 3-5 kali dalam satu minggu dengan intenstas sedang (30-60 menit). Namun untuk mereka yang tidak terbiasa berolahraga, harus dilakukan secara bertahap.

"Lakukan latihan yang sifatnya aerobik dan low impact, seperti berenang santai, jalan kaki, treadmil," ujarnya.

Pada fase awal memulai latihan, sebisa mungkin hindari untuk melakukan latihan beban. Latihan beban bisa dilakukan apabila seseorang sudah terlebih dahulu menurunkan berat badannya sampai 10 persen.

Penggunaan obat-obatan, kata Inge, boleh digunakan tapi fungsinya hanya sebagai penunjang. Disarankan untuk berkonsultasi ke dokter sebelum menggunakan obat-obatan, karena beberapa jenis obat biasanya memiliki efek samping. Misalnya, obat diuretik, dapat memicu dehidrasi dan gag al ginjal.

"Kesimpulannya, untuk mendapat tubuh indah, menggunakan modifikasi lifestyle dengan diet dan aktivitas fisik. Farmakoterapi hanya penunjang. Tapi di luar itu, yang terpenting adalah motivasi. Seorang akan berhasil apabila motivasinya kuat," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar