Minggu, 06 Mei 2012

Mata Rabun Siswa Asia Meningkat Tajam

Mata Rabun Siswa Asia Meningkat Tajam

KOMPAS.com - Lebih dari 90% anak-anak yang lulus sekolah di kota-kota besar Asia mengalami myopia atau mata rabun, menurut satu penelitian.

Para peneliti mengatakan "peningkatan tajam" masalah ini karena para siswa sekolah terlalu banyak belajar di sekolah dan di rumah sehingga kurang mendapat cahaya matahari di luar. Para ilmuwan mengatakan dalam jurnal ilmiah the Lancet bahwa satu dari lima siswa dapat mengalami kerusakan mata dan bahkan kebutaan.

Mereka mengatakan pada saat senggang, para siswa juga lebih banyak menghabiskan waktu bermain komputer dan menonton televisi di rumah. Peneliti mengatakan para siswa seharusnya menghabiskan waktu paling tidak tiga jam sehari untuk menstimulasi produksi dopamine, bahan kimia yang mencegah anak-anak mengalami myopia.

Menurut Profesor Ian Morgan, dari Universitas Nasional Australia yang memimpin penelitian, angka ra ta-rata myopia di Asia Tenggara sebelumnya sekitar 20-30%.

"Apa yang kami lakukan dalam kajian tertulis adalah semua bukti menunjukkan bahwa sesuatu yang luar biasa terjadi di Asia Timur dalam dua generasi terakhir," kata Morgan kepada BBC.

"Angka myopia meningkat dari 20% jumlah penduduk menjadi lebih dari 80%, dan bahkan 90% untuk anak-anak muda... Jelas ini merupakan masalah besar bagi kesehatan."

Faktor keturunan bukan penyebab utama

Para pakar mata mengatakan gangguan myopia adalah bila penglihatan terganggu di atas jarak dua meter.

Berdasarkan penelitian, penyebab gangguan mata ini karena berbagai faktor, karena tuntutan pendidikan dan kurangnya cahaya luar.

Profesor Morgan mengatakan banyak anak di Asia Tenggara menghabiskan waktu lama untuk belajar di sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah.

Tuntutan pendidikan ini juga semakin menekan penggunaan mata, namun cahaya dapat membantu memelihara mata, kat a Morgan.

"Keluar rumah antara dua sampai tiga jam, walaupun matahari tidak bersinar, tetap merupakan hal yang penting," tambahnya.

Selama ini para peneliti percaya ada masalah genetik terkait dengan gangguan mata ini.

Sebelumnya diduga, penduduk dari Cina, Jepang, Korea dan sejumlah negara lain rentan untuk mengalami mata rabun. Namun penelitian ini menunjukkan hal lain.

Di Singapura, dengan komunitas besar dari Cina, Melayu dan India, angka myopia juga meningkat pesat.

Namun Profesor Morgan mengatakan masalah keturunan juga tetap berperan namun bukan penyebab utama.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar