Senin, 14 Mei 2012

Manajemen Penyakit Lewat Mikroba Perut

Manajemen Penyakit Lewat Mikroba Perut

Jakarta, Kompas - Manajemen penyakit lewat mikroba perut menjadi metode baru di bidang kedokteran terkini. Model ini dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bersama Pusat Studi Asia Tenggara yang dibentuk Universitas Sydney, Australia.

”Mikroba di dalam usus sangat berpengaruh terhadap penyakit seseorang. Ini sekarang belum banyak dikaji,” kata Wakil Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Sudoyo pada pembentukan pusat studi tersebut, Senin (14/5/2012), di Jakarta.

Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Sydney mewadahi 178 akademisinya yang bergerak dalam berbagai bidang kajian di Asia Tenggara. Bidang keunggulan universitas ini meliputi kedokteran dan kesehatan masyarakat, arkeologi, pengelolaan lingkungan, pemerintahan, serta kesejahteraan dan hak asasi manusia.

Herawati mengatakan, manajemen penyakit melalui mikroba di dalam usus menjadi kajian holis tik kedokteran. Hal itu antara lain berpangkal pada masalah perubahan pola dan makanan serta gaya hidup yang menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit.

”Kerja sama lain, untuk pengkajian penyakit demam berdarah dengue dan hepatitis C,” kata Herawati.

Akademisi Fakultas Pendidikan dan Kerja Sosial Universitas Sydney Anthony Welch mengatakan, ekspansi besar-besaran di bidang pendidikan tinggi menimbulkan pertanyaan seputar isu kualitas, pertanggungjawaban publik, keuangan, dan perubahan komposisi swasta dan negeri. Hal itu disampaikan pula pada Forum Pendidikan Tinggi di Jakarta.

Mike Rimmer, akademisi Divisi Ilmu Hayati Universitas Sydney, memaparkan penting peranan riset dan kegiatan ilmiah untuk mengelola sumber daya alam, misalnya mewujudkan keamanan pangan. Rimmer merupakan ahli pengembangan perikanan dan teknik peningkatan stok ikan air tawar dan ikan laut.

Sejak tahun 2006, Rimmer tinggal di Indonesia dan terlibat dalam proyek reko nstruksi Aceh pascatsunami. Rimmer mengembangkan masalah perikanan pula.

Di bidang kedokteran, Universitas Sydney sebelumnya sudah mengembangkan kerja sama di bidang riset wabah dan penyakit menular. Pokok perhatiannya antara lain masalah resistensi terhadap antimikroba, misalnya pada pasien tuberkulosis dan malaria. (NAW)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar