Rabu, 02 Mei 2012

Jangan Asal Sebut Batik

Jangan Asal Sebut Batik


Booming
batik memang tak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup soal kain warisan adiluhung tersebut. Alhasil, banyak salah kaprah yang terjadi di masyarakat dalam memaknai batik.

Dulu, batik identik dengan kain panjang yang biasa dipakai ibu-ibu untuk menggendong anaknya. Namun, kini batik tampil dengan berbagai variasi. Dari toko di sudut pasar hingga deretan butik di pusat perbelanjaan, warna-warni batik dengan beragam kreasi dengan indah berjejer di sudut etalase.

Variasi batik di pasaran kian ramai berkat serbuan batik asal China dengan tawaran harga murah. Masyarakat pun akhirnya terbuai bahwa busana tersebut bagian dari batik. Padahal, hal itu tidak sepenuhnya benar.

Menurut Widhiarso, Sekretaris Forum Pengembangan Batik Laweyan Solo, batik adalah sebuah proses. "Banyak orang yang salah kaprah, semua kain yang bermotif tertentu langsung di sebut batik. Batik sejatinya adalah proses pengolahan kain dengan menggunakan teknik khusus, hasi l jadinya ya jarik/kain,” kata Widhi ditemui Kampoeng Batik Laweyan, Solo, Jawa Tengah, baru-baru.   

Karenanya, Widhi menyesalkan bila seluruh kain yang bermotif dapat disebut batik. Pasalnya, hal tersebut justru menurunkan nilai batik yang sesungguhnya.

"Batik yang asli membutuhkan proses yang lama untuk membuatnya. Namun, kualitasnya juga sepadan dengan prosesnya," tegasnya.
Menurutnya, sebuah kain dapat disebut batik apabila menggunakan serat alami.
"Kalau bukan dari katun atau sutra yang berserat alami, ya tidak bisa di sebut batik. Karena bahan sintetis tidak dapat menyerap pewarnaan khas batik dengan sempurna," jelasnya.
 
Widhi tidak menampik perkembangan teknologi untuk memproduksi batik. Namun, dia menyayangkan jika hasil akhirnya turut disebut sebagai batik. Untuk itu, dia merasa tergugah untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang definisi batik yang sesungguhnya. (ind)
(tty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar